Sabtu, 23 April 2011

Wejangan

oleh :

AL-FAKIR ILA ROBBIH RM. HARIYANTO HARFATH
PIMPINAN PONDOK MENTAL MUSLIM
PADEPOKAN “TEMBANG BATIN” BLITAR

Pertama-tama kami panjatkan rasa syukur kehadirat Alloh yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita sekalian, sehingga kita dapat melaksanakan sesuatu yang kita harapkan.
Yang kedua, semoga sanjungan sholawat dan salam selalu dilimpahkan keharibaan Baginda Rosululloh SAW yang telah memberikan tuntunan kepada kita sekalian, sehingga kita bisa menemukan Way Out dari segala macam problematika.
Yang ketiga, terima kasih kepada semuanya, yang telah memberikan kesempatan untuk menyampaikan sambutan atas nama Pimpinan Pondok Mental Muslim / Padepokan “Tembang Batin” Blitar, semoga ada manfaatnya. Menyimpang dari hal diatas, disini perlu saya sampaikan bahwa mungkin sambutan saya kali ini agak terlalu panjang, karena mengingat situasi dan kondisi saat ini.
Saudara-saudaraku…
Pertama aku sampaikan SELAMAT atas kesuksesan saudara-saudaraku dalam menuntut ilmu di Pondok Mental Muslim / Padepokan “Tembang Batin” Blitar ini. Baik santri tetap, maupun santri musiman, dan semua yang telah menjalin silaturrahmi dengan kami, semoga saudara-saudaraku tidak puas hanya sampai disini, tapi masih melanjutkan mengaji dan belajar serta khidmah dimana semua Alumni tempat saudara-saudaraku di didik dan dibesarkan. Karena “ilmu itu bagaikan samudra yang tiada seorangpun sanggup menghabiskan airnya”, jangan pula kita punya anggapan seperti katak dalam tempurung yang merasa dirinya diujung langit, pikiran sempit dan tak punya plening apa-apa, padahal kalau katak itu mau keluar dari tempurungnya maka dia akan terasa kecil dengan yang lainnya, bahkan langit yang ia anggap dekat ternyata masih jauh. Sehingga saudara-saudaraku bisa mempraktekkan ilmu yang telah didapatkan dengan praktis, disamping membawa atau menunjang manfaat dan barokah dari ilmu saudara-saudaraku sekalian.
Betapa banyaknya orang alim tapi ilmunya manfaat tidak, barokahpun tidak, semua itu disamping takdir adalah bagaimana sepak terjang, tingkah laku juga perangai waktu menempuh ilmu di pondok. Mungkin mereka sombong, pongah, congkak, takabur dan mungkin pula mereka tinggi hati. Namun sebaliknya banyak orang ilmunya sedang-sedang saja tetapi ilmunya manfaat dan barokah. Karena ditunjang oleh sifat TAWADLU (rendah hati) dan banyak khidmah di masa THOLABUL ILMI.
Memang dalam kehidupan ini kita harus rendah hati, tawadlu, penuh keiklasan dan sopan, baik lahir maupun batin. Dan itu pula bekal saudara-saudaraku nanti setelah terjun di masyarakat. Harus adaptasi selama tidak haram. Supel ramah tamah, luwes dalam segala bentuk hidup dan kehidupan. Jangan terlalu egois dan menurutkan nafsu kemauan sendiri.
Saudara-saudaraku…
Aku pesankan juga, seandainya kalian ditunjuk untuk jadi imam, maka jadilah imam yang baik sesuai dengan tuntunan sara’, demikian pula bila kalian menjadi makmum, maka jangan sampai membuat onar, kisruh, gaduh dengan maksut untuk mengusir imammu. Selalu ingat pesan pesan itu.
Inilah sebagai muqodimah dari sambutan yang aku sampaikan. Maka kini aku ingin bercerita sedikit tentang sejarah juang dan perjuangan pendahulu-pendahulu kita yang mana pada waktu itu sesuai dengan historis kontaknya, Yakni Umat Islam pada waktu itu membentuk basis-basis kaderisasi di pedalaman kemudian dimanfaatkan untuk mengusir penjajah.
Kepada mereka ditiyupkan sebuah doktrin yang cukup menggetarkan dunia “barang siapa yang tidak mati karena pedang maka ia akan mati oleh sebab musabab yang lain sebab musabab kematian itu banyak. Namun mati itu cuma satu kali”. Oleh sebab itu sabda Ulama’ tidak ada satupun alternative lain kecuali “Hidup mulia atau mati sahid”.
Tapi kafir bukanlah kafir, penjajah bukanlah penjajah kalau tidak licik. Sebab pada waktu itu belanda tidak saja mengadu domba, tetapi untuk mematahkan semangat perlawanan perang adalah dengan memberikan hadiah-hadiah, maka ada diantaranya pejuang yang menjadi moderat atau lunak.
Kalau ditinjau dari bahasa fikih, pemberian DHULAMA kalau disebut hadiah, JAWAZ untuk diterima. Tapi kalau ditinjau dari segi politik, tidak ada kufar (dhulama) SHODAQOH KHOLIS MUKLISON LILLAHI TA’ALA atau setiyap pemberian mereka ada BACKGROUND politiknya atau ada udang di balik batunya, ada maunya, entah supaya YES MEN atau INGGIH NDORO, entah supaya penjilat, entah supaya moderat dan tidak memberikan kritik. Oleh karena itu menurut politik adalah ROSYWAH (suap) maka hukumnya adalah haram untuk diterima. 
Saudara-saudaraku…
Setelah mengetahui perjuangan pendahulu kita hendaknya bisa mengambil kesimpulan, disamping bisa mengerti apa yang tersurat dan yang tersirat di dalam sambutanku ini.
Di saat Indonesia sekarang sudah aman, kita bersama-sama Umaro “berat sama di pikul, ringan sama di jinjing, duduk sama rendah, berdiri sama tinggi” dalam mengisi kemerdekaan dengan mensukseskan pembangunan hingga bisa tercapai.
Semua yang terjadi itu semua semata-mata karena Alloh SWT jualah yang menentukan segalanya, sedang sejarah sebagai saksi. Oleh karena itu jadilah Ulama’ yang Intelektual atau Intelektual Ulama’. Dan jangan mudah untuk di adu domba yang satu dengan yang lainnya. Semua itu aku pesankan demi stabilitas keamanan dan ketahanan Nasional.
Selamat belajar, selamat berjuang, selamat berpisah sampai jua di medan juang yang lain. Ada kurang lebihnya, air bah kemaafan yang aku harapkan.

TTD

ALFAKIR ILA ROBBIH RM. HARIYANTO HARFATH        
PONDOK MENTAL MUSLIM / PADEPOKAN “TEMBANG BATIN” BLITAR